Rabu, 12 Maret 2014

Konsep Umum Media Pembelajaran





A.    Latar Belakang Masalah
Proses belajar-mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut terdapat tiga komponen penting yang memainkan perannya yaitu: pesan yang disampaikan dalam hal ini adalah kurikulum, komunikator (guru), dan komunikan (siswa). Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri, di mana guru atau dosen dan siswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan gairah.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media pembelajaran secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut di samping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal ini media pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari media pembelajaran ?
2.      Apakah yang melandasi penggunaan media pembelajaran ?
3.      Apakah tujuan dari penggunaan media pembelajaran ?
4.      Apakah fungsi dan kegunaan dari media pembelajaran ?

C.    Tujuan Makalah
1.      Mengetahui pengertian media pembelajaran.
2.      Mengetahui landasan atau dasar penggunaan media pembelajaran.
3.      Memahami tujuan dari penggunaan media pembelajaran.
4.      Memahami fungsi dan kegunaan media pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.[1] Dalam bahasa arab, media adalah perantara ( ( وسائل atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah materi yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografi, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual.[2]
 Istilah media pembelajaran memiliki beberapa pengertian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gagne dan Brigs (dalam Arsyad, 2002) bahwa media pembelajaran merupakan alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang diantaranya terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, gambar, grafik, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau peralatan fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.[3]
Istilah “media” sering dikaitkan dengan kata “teknologi”. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka tekhnologi mempunyai pengertian sebagai perluasan konsep tentang media, dimana tekhnologi bukan sekedar benda, alat bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubugan dengan penerapan ilmu. Dengan demikian, kalau ada tekhnologi pembelajaran bahasa arab misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses mengajar bahasa arab, akan membahas masalah ketrampilan, sikap, perbuatan dan strategi mengajar bahasa arab. Heinich mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audia, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Hubungan komunikasi antara guru dan murid akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
B.     Dasar atau landasan Penggunaan Media Pembelajaran
Pemerolehan pengetahuan dan ketrampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dan pengalaman yang pernah dilakukan sebelumnya. Menurut Brunei (1996: 10-11) ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar ((iconic), dan pengalaman abstrak (symbolik). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipahami dengan langsung membuat simpul. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’ mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya pada tingkatan simbol, siswa membaca atau mendengar kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan gambar simpul. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baru.
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan. Cara pengolahan pesan oleh guru dan murid dapat digambarkan di bawah ini :
Pesan diproduksi dengan :
Pesan dicerna dan dinterpretasi dengan:
Berbicara,menyanyi, memainkan alat musik
mendengarkan
Memvisualisasikan melalui film, foto, lukisan, gambar, model, patung, grafik,
mengamati
Menulis atau mengarang
membaca
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s cone of Experience (kerucut pengalaman Dale). Kerucut tersebut menggambarkan hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, dramatisasi, karyawisata, televisi, rekaman radio, lambang visual sampai kepada lambang verbal (abstrak).[4] Perlu dicatat bahwa urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dari jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan dan indera pendengaran. Sesungguhnya pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti.
Media pengajaran merupakan sesuatu yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Apapun batasan yang diberikan, terdapat persamaan-persamaan, diantaranya yaitu bahwa; media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar bisa berlangsung. Dasar mengapa media pembelajaran digunakan oleh seorang guru adalah untuk :[5]
1.      Memperjelas informasi atau pesan pengajaran.
2.      Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting.
3.      Memberi variasi pengajaran.
4.      Memperjelas struktur pengajaran.
5.      Memotivasi proses belajar siswa.

C.    Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran
Tujuan utama penggunaan media pembelajaran adalah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh para siswa sebagai penerima informasi. Dengan demikian informasi akan lebih cepat dan mudah untuk diproses oleh peserta didik tanpa harus melalui proses yang panjang yang akan menjadikannya jenuh. Terkait dengan proses pembelajaran bahasa arab dimana pelajar akan dibekali atau belajar ketrampilan berbahasa dengan cara berlatih secara terus-menerus untuk memperoleh ketrampilan tersebut. Padahal berlatih secara berkesinambungan adalah hal yang membosankan, sehingga kehadiran media dalam proses belajar bahasa sangat membantu untuk tetap menjaga gairah siswa.

D.    Fungsi dan Kegunaan Media  Pembelajaran
Dalam proses belajar-mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Selain fungsi tersebut Hamalik mengemukakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar-mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Penggunaan media juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan materi dengan menarik, memudahkan menafsirkan data, dan memadatkan informasi.
Media pembelajaran khususnya media visual menurut Levie dan Lentz memiliki empat fungsi, yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi adalah media visual dapat menarik atau mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi pada isi pembelajaran yang terkandng dalam media visual tersebut. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaranyang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
Fungsi afektif yaitu media visual dapat digunakan untuk menciptakan rasa senang siswa terhadap isi pembelajaran. Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosia atau ras.
Fungsi kognitif adalah media visual dapat mempermudah siswa dalam memahami pesan atau informasi yang disampaikan dalam pembelajaran. Pada fungsi kognitif ini  media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
fungsi kompensatoris adalah media visual dapat mengakomodasi siswa lemah dalam menerima isi pembelajaran. Pada fungsi kompensatoris ini media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain media pembelajaran dapat berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut, sebagaimana disebutkan oleh Arif S, Sadiman al all(1996) :[6]
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata tertulis atau atau lisan)
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waku, dan daya indera, seperti :
-          Obyek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar atau film.
-          Obyek yang kecil, bisa dibantu dengan proyektor mikro.
-          Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video dan foto.
-          Obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model diagarm.
3.      Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
-          Menimbulkan semangat siswa.
-          Memungkunkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan.
-          Memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan minatnya.
-          Memudahkan untuk menggali informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus (1942: 78) dalam bukunya attarbiyatu watta’lim mengungkapkan sebagai berikut:
انها أعظم تاثيرا في الحواس والضمن للفهم ...فماراء كمن سمع.
Maksudnya: bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman.... orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat atau melihat dan mendengar.
تجلب السرور للتلاميذ وتجدّد نشاطهم... انها تساعد على تثبيت الحقائق
في اذهان التلاميذ... انها تحيي الدرس
Maksudnya: media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka... membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (1985: 28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan kelompok, yaitu: memotivasi minat atau tindakan, menyajikan informasi, dan memberikan intruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa untuk bertindak. Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai dan emosi.
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan kurang senang, netral atau senang.
Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus  melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan siswa.
Berbagai menfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985: 3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan menggunakan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:
1.      Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan dan aplikasi selanjutnya.
2.      Pembeljaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
3.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan pengetahuan.
4.      Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5.      Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
6.      Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7.      Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.      Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
                                                                                                                                                                            












BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
media pembelajaran merupakan alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang diantaranya terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, gambar, grafik, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau peralatan fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s cone of Experience (kerucut pengalaman Dale). Kerucut tersebut menggambarkan hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, dramatisasi, karyawisata, televisi, rekaman radio, lambang visual sampai kepada lambang verbal (abstrak).
Media pembelajaran khususnya media visual menurut Levie dan Lentz memiliki empat fungsi, yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan fungsi kompensatoris.















DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Azhar. 2006. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada).
Gerlach,  V.G. dan Ely, D.P. 1971. Teaching and Media. A Systematic approach. Prentice-Hall. Inc.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan ke-7). Bandung:  Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Rosyidi Abd Wahab. 2011. Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep dasar Pembelajaran Bahasa arab (Malang: UIN-Maliki Press).
Sadiman Arief S, M.Sc. 2006. Media Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada).




[1] Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, Media Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006). Hal. 6.
[2] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006). Hal. 3.
[3] Abd Wahab Rosyidi, Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep dasar Pembelajaran Bahasa arab (Malang: UIN-Maliki Press, 2011). Hal. 102.
[4] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT RajaGrafindo Prsada, 2006). Hal. 10
[5] Abd Wahab Rosyidi, Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep dasar Pembelajaran Bahasa arab (Malang: UIN-Maliki Press, 2011). Hal. 103
[6] Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, Media Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006). Hal. 17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar