BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kebiasaan
berbahasa ibu sebagai bahasa pertama dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pengetahuan bahasa pertama yang telah
dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari bahasa asing akan ditransfer
kepada bahasa yang sedang dipelajarinya. Semua gejala bahasa yang mirip, baik
dalam bentuk, arti maupun distribusinya diduga akan mempercepat proses belajar,
sedangkan gejala bahasa yang berbeda diduga akan dapat menghambat proses
belajar bahasa asing. Lado mengemukakan bahwa pola-pola yang mirip diasumsikan
mudah untuk dipelajari dari pada pola-pola yang berbeda.
Untuk
menemukan dan menggambarkan problem yang dihadapi oleh para pembelajar bahasa
asing dapat diadakan perbandingan di antara kedua bahasa itu, sehingga akhirnya
dapat membuat suatu diagnosis (ramalan) terhadap kemungkinan kesukaran para
pembelajar secara tepat kemudian dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang
akan menyebabkan kesukaran. Adapun perbandingan di antara kedua bahasa tersebut
dinamakan Analisis Kontrastif.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian dari kontrastif
analasis ?
2. Bagaimanakah latar belakang
munculnya kontrastif analisis ?
3. Apa sajakah asumsi dasar para anakon
untuk menerapkan analisis kontrastif ?
4. Bagaimanakah metodologi kontrastif
analisis ?
5. Apa saja komponen dari analisis
kontrastif dan bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran bahasa arab ?
C. Tujuan
Makalah
1. Memahami konsep pengertian
kontrastif analisis.
2. Mengetahui latar belakang munculnya
kontrastif analisis.
3. Mengetahui asumsi dasar anakon.
4. Mampu mengaplikasikan anakon dalam
pembelajaran bahasa arab.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Analisis Kontrastif
Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat
ditelusuri melalui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai
semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses
atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan
dapat menemukan inti permasalahannya. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai
perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk
dibicarakan, diteliti. dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif
diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan. Istilah kontrastif lebih
dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik).
Analisis
Kontrastif pada mulanya berasal dari konsep Linguistik Kontrastif, yakni sebuah
cabang dari Linguistik Terapan.
Analisis
kontrastif (sering dikenal dengan sebutan Anakon) merupakan salah satu
cara kerja untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua bahasa
atau lebih (Carl James, 1980 dan Kridalaksana, 2008). Anakon telah dikenal
orang pada pertengahan abad 20. Anakon pada hakikatnya merupakan salah satu
cara mengajarkan bahasa asing secara efisien dan efektif.
Analisis kontrastif menjadi semakin populer
setelah muncul karya Lado (1959) yang berjudul 'Lingusitik A Cross Culture'
yang menguraikan secara panjang lebar mengenai cara-cara mengkontraskan dua
bahasa. Menurut Charles Fries (1945) dan Robert Lado (1957), kesalahan yang
dibuat tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan antara bahasa pertama dan
bahasa kedua, sedangkan kemudahan dalam belajarnya disebabkan oleh adanya
kesamaan-kesamaan antara unsur B1 dan B2.
Analisis
kontrastif adalah kegiatan memperbandingkan struktur B1 dan B2 untuk
mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa itu.[1]
Hambatan terbesar dalam proses menguasai bahasa kedua (B2) adalah tercampurnya
sistem bahasa pertama (B1) dengan sistem B2. Analisis kontrastif mencoba
mencoba menjembatani kesulitan tersebut dengan mengkontraskan kedua sistem
bahasa tersebut untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang terjadi.
Analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur
kebahasaan. Pada Analisis kontrastif terdapat komparasi perbandingan
sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi maupun sistem
gramatikal. Hal ini diperjelas oleh Ahmad bin Abdullah al-Basyir yang
menyatakan bahwa ;
التقابلي هو اجراء عملي للمقارنة بين أنظمة لغتين أو أكثر لحصر
أوجه التشابه وأوجه الاختلاف
بينهما. ويعتمد ذلك على تحليل لكل من النظامين موضع المقارنة
يقوم على أساس
من المنهج الوصفي لا التاريخي.
Sedangkan, Fisiak mengemukakan
pengertian analisis kontrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang
mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih atau sub sistem bahasa-bahasa.
Tujuannya untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan kedua
bahasa tersebut.[2]
Tarigan mengemukakan bahwa Analisis Kontrastif
(Contrastive Analysis)/anakon, merupakan kegiatan pembandingan struktur dua
bahasa-bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2)–untuk menemukan
perbedaan-perbedaan yang ada pada kedua bahasa tersebut. Keadaan linguistik
bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar, berpengaruh terhadap proses
pemerolehan bahasa yang dipelajari atau yang berusaha dikuasainya (Klein,
1986:5).
B. Latar
Belakang Munculnya Analisis
Kontrastif (Tinjauan Historis)
Para ahli linguistik struktural memperkenalkan suatu saran untuk
menolong para guru bahasa asing agar bisa menangani kesalahan-kesalahan
atau kesulitan yang dialami siswa yang sedang mempelajari bahasa asing
(B) yang disebabkan oleh adanya perbedaan fonetik maupun gramatikal antara B1
dan B2. Oleh karena itu, para guru B2 harus menguasai benar sistem-sistem
fonologi, morfologi, dan sintaksis B2, agar bisa dibandingkan butir demi butir
dengan sistem-sistem yang serupa dalam B1. Studi seperti ini biasanya disebut
analisis kontrastif.
Asal mula analisis kontrastif bisa ditelusuri pada abad ke-18
ketika William Jones membandingkan bahasa-bahasa Yunani dan Latin dengan
bahasa Sanskrit. Ia menemukan banyak persamaan yang sistematis antara
bahasa-bahasa itu. Dalam abad ke-19 makin banyak penelitian mengenai
perbandingan antara bahasa-bahasa. Pada waktu itu yang ditekankan ialah
hubungan-hubungan fonologi dan evaluasi fonologi. Studi ini tidak dinamakan
“analisis kontrastif”, tetapi “studi perbandingan bahasa”. Dalam pertengahan
abad ke-20, ketika psikologi behaviorisme dan linguistik struktural masih pada
puncak kejayaannya, hipotesis analisis kontrastif mula-mula menarik perhatian
umum dengan munculnya buku Lado (1957) yang berisi suatu pernyataan dalam prakatanya
sebagai berikut :
“Rencana
buku ini berdasarkan asumsi bahwa kita bisa meramalkan dan menguraikan
struktur-struktur B2 yang akan menyebabkan kesulitan dalam pelajaran, dan
struktur-struktur yang tidak akan menyebabkan kesulitan, dengan : membandingkan
secara sistematis bahasa dan budaya B2 dengan bahasa dan budaya
B1”.[3]
Kemudian Lado meneruskan bahwa dalam perbandingan antara B2 dan B1
itulah letak kunci yang akan menentukan mudah tidaknya pelajaran B2.
unsur-unsur yang sama antara B2 dan B1 akan mudah bagi pelajar, sedangkan
unsur-unsur yang berlainan akan sulit baginya. Jadi kalau studi perbandingan
dikerjakan antara dua bahasa (B1 dan B2), semua persamaan dan perbedaan
itu akan tampak. Sesudah itu orang bisa meramalkan kesulitan-kesulitan yang akan
dialami oleh pelajar B2. Karena ini akan meliputi perbedaan-perbedaan antara B2
dan B1, sedang orang tidak akan mengharapkan problem apa-apa kalau ada
persamaan-persamaan antara B2 dan B1. Buku Lado tersebut dianggap sebagai
permulaan dari Ilmu Linguistik Kontrastif Modern.
C.
Asumsi Dasar Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif sering dipersamakan dengan istilah linguistic
kontrastif. Linguistik kontrastif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang
tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa
sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu bisa dilihat.[4] Untuk menjawab usaha memperbesar
keberhasilan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua (B2),
para penganut anakon mempunyai beberapa asumsi dasar ;[5]
1) Anakon dapat dipergunakan untuk
meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Butir-butir
perbedaan dalam tiap tataran bahasa pertama dan bahasa kedua akan memberikan
kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu. Sebaliknya
butir-butir yang sama akan mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua.
2)
Anakon dapat memberikan satu
sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat pegendali penyusunan
materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. Dengan perbandingan
perbedaan pada setiap tataran analisis bahasa, bahan dapat disusun sesuai
dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.
3) Anakon pun dapat memberikan
sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu
ke dalam bahasa kedua atau asing.
Berdasarkan asumsi di atas,
disusunlah buku-buku pelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Arab ke bahasa
lain dengan harapan proses berbahasa kedua tidak terlalu dipengaruhi oleh
bahasa pertama. Para guru pun didik untuk memahami anakon guna usaha perbaikan
kesalahan bahasa.
D. Metodologi
Analisis Kontrastif Antarbahasa
Prasyarat pertama analisis
kontrastif ialah satu analisis secara deskriptif yang baik dan mendalam tentang
bahasa-bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam hal ini teori analisis dua
atau lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau dikontraskan itu harus
ditentukan pula.
Pengontrasan dua bahasa tidak
mungkin dilakukakan secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu seleksi. Para
linguis menerima bahwa bahasa merupakan satu system dari system. Bahasa yang
merupakan satu system itu mempunyai beberapa subsistem. Setiap subsistem
mempunyai pula beberapa kategori. Salah satu metode ialah memilih dan
menentukan unsur dari subsistem dan kategori tertentu untuk dibandingkan. Misalnya,
bandingan tentang kategori kelas kata penunjuk, bandingan tentang bentuk-bentuk
verbum atau frase verbum, bandingan tentang beberapa unsus fonologi, khususnya
fonetik. Mungkin harus dilakukan bandingan butir demi butir yang menonjol dan
perlu untuk dikontraskan.
Kriteria yang kedua dari
analisis kontrastif ialah sifat penjelas dan bukan komponen bahasa yang
dikontraskan itu berdasarkan pengalaman bahwa komponen atau unsur itu
memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa pelajar bahasa B2. Dengan
sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada bagian-bagian
tertentu mengenai bahasa-bahasa yang hendak dibandingkan.[6]
Setelah secara umum dilakukan
seleksi, maka hal yang utama dan penting adalah “keterbandingan atau
keterkontrasan”. Kemudian bagaimana membandingkan dan mengkontraskan, ada tiga
cara yang mungkin ditempuh :[7]
1)
Kesamaan struktur
2)
Kesamaan terjemahan, dan
3)
Kesamaan struktur dan kesamaan terjemahan.
E. Komponen dan
Aplikasi Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Satu analisis kontrastif secara
mikrolinguistik disesuaikan dengan subsistem linguistik secara murrni, yakni
subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem
semantik. Butir- butir dari masing- masing subsistem B1 dan B2 dibandingkan
untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua bahasa terbanding.
Untuk dapat membandingkan secara sistematis butir- butir bahasa pada masing-
masing subsistem linguistik, pembanding harus menguasai dengan benar dan baik
dasar- dasar mikrolinguistik.
a. Analisis
Kontrastif Fonologi
Pada tataran fonologi pembanding harus membandingkan
bunyi-bunyi segmental dan suprasegmental B1 dan B2, bunyi-bunyi vokoid dan
kontoid, bunyi-bunyi diftong, fonem-fonem vokal dan konsonan, dan fonataktik
dari B1 dan B2.
Konsonan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Tempat Artikulasi / Makharij
|
Cara pengucapan / Artikulasi
|
||||||||||||
Letup
|
geseran
|
Tengah-tengah
|
|||||||||||
B
|
T
|
B
|
T
|
Pd.
B
|
Lt.
B
|
Tr.
B
|
Ns.
B
|
Sv.
B
|
|||||
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
kh
|
rq
|
||||||
Bilabials
|
b
ب
|
p
|
m
م
|
w
و
|
|||||||||
Labio dentals
|
v
|
f
ف
|
|||||||||||
Inter dentals
|
ظ
|
ذ
|
ث
|
||||||||||
Apiko alveolars
|
z
ز
|
ص
|
s
س
|
r
ر
|
|||||||||
Apiko-dental alveolars
|
ض
|
d
د
|
ط
|
t
ت
|
L
ل
|
n
ن
|
|||||||
Fronto palatals
|
j
|
c
|
sy
ش
|
ج
|
Ny
|
||||||||
Medio palatals
|
y
ي
|
||||||||||||
Dorso velars
|
g
|
k
ك
|
غ
|
خ
|
kh
|
Ng
|
|||||||
Dorso uvular
|
ء
|
ق
|
|||||||||||
Root paryngeal
|
ع
|
ح
|
|||||||||||
Glottal
|
Keterangan :
B =
Bersuara
Lt. B = Lateral Bersuara
T = Tidak
Bersuara
Tr. B = Trilis bersuara
Kh = Mufakham
N.B = Nasal bersuara
Rq =
muraqqaq
Sv.B = semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan bersuara
Dari bagan tersebut dapat diambil uraian mengenai persamaan dan perbedaan
antara konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Untuk memudahkan penguraian
dan penganalisaan yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat
artikulasi makhraj sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan
dan berbagai rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila
dua konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkann
makhrajnya berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat
bermiripan, misalnya / z / dengan /ع /. Tetapi sebaliknya, apabila dua konsonan
itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan itu dapat
terjadi, misalnya / t /, / ط / dan / د /, / s /, / ص /, dan / z / atau / س /, / ث /, dan / z /, / ذ /.
Peta persamaan dan perbedaan antara Vokal
dan Konsonan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia.
1. Vokal
Dari seleksi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
antara vokal bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat kepersisan, aspek
persamaan dan perbedaan yaitu :
-
Kepersisan antara kasrah qasirah : / i / dalam bahasa
indonessia, demikian pela antara damah qasirrah : / U / dengan / u
/.
-
Aspek persamaan antara fathah tawilah / æ / dengan / a / , yaitu
sama-sama vokal rendah terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda karena
/ æ / vokal depan dan panjang sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.
-
Perbedaannya adalah : Didalam bahasa Indonesia terdapat vokal
panjang seperti pada bahasa Arab : / i: /, / u: / dan /æ /. Didalam bahasa Arab
tidak terdapat vokal / e / dan / o /, dan tidak terdapat diftong. Sedangkan di
dalam bahasa Indonesia dua hal ini terdapat.
2. Konsonan
Adapun di dalam konsonan ditemukan persamaan (kepersisan),
perbedaan, dan kemiripan, yaitu sebagai berikut :
Persamaan antara / ب / dengan / b /, / م / dengan / m /, / ف / dengan
/ f /, / ز /
dengan / z /, / س / dengan / s /, / ر / dengan / r /, / د
/ dengan / d /, / ت / dengan
/ t /, / ل /
dengan / l /, / ن / dengan / n /, / ش / dengan / sy /, / ي / dengan / y /, / ك / dengan
/ k /, / ھ /
dengan / h /, dan / و / dengan / w /. Perbedaan yaitu bahwa didalam bahasa Indonesia
tidak terdapat : Bunyi konsonan mufakhkham, yaitu / ص /, / ض /, / ط /, /
b. Analisis
Kontrastif Morfologi
Pada tataran morfologi, pembanding harus membandingkan proses-proses
morfemis B1 dan B2, ciri-ciri kelas kata B1 dan B2, proses derivasi dan
infleksi, kategori-kategori gramatikal, kemungkinan-kemungkinan terjadi alomorf
dan mortoforik.
c. Analisis
Kontrastif Sintaksis
Perbandingan
struktur sintaksis kalimat bahasa Indonesia dengan kalimat Bahasa Arab. Dalam
struktur kalimat bahasa Indonesia fungsi-fungsi sintaksis kata seperti subyek,
obyek, predikat ditandai dengan posisi kata dalam kalimat. Kalimat BI yang
sederhana seperti sang guru mengambil buku; subyek atau pelaku mendahului kata
kerja, penderita berada sesudah kata kerja; sedangkan kata kerjanya mengambil
posisi diantaranya. Dalam BA kalimat dengan makna tersebut muncul sebagai
berikut ;
أخذ المعلم
الكتاب
Sang
guru mengambil buku itu,
Dalam contoh tersebut, disamping posisinya, nomina beserta
verba memperoleh perubahan bentuk sesuai dengan fungsi sintaksisnya: pelaku
ditandai oleh perubahan bentuk dari al mu’allim menjadi al-mu’allimu ,
yakni diberi vokal akhir ‘u, sedangkan penderita dari al-kitab menjadi
al-kitaba, yakni ditandai dengan pemunculan vocal akhir a, sementara itu kata
kerja akhadja berada di awal kalimat.[8]
d. Analisis
Kontrastif Semantik
Pembanding
dapat membandingkan kolokasi dan koligasi makna yang terdapat dalam B1 dan B2.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Analisis
kontrastif (sering dikenal dengan sebutan Anakon) merupakan salah satu
cara kerja untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua bahasa
atau lebih. Asal mula analisis kontrastif bisa
ditelusuri pada abad ke-18 ketika William Jones membandingkan
bahasa-bahasa Yunani dan Latin dengan bahasa Sanskrit. Ia menemukan
banyak persamaan yang sistematis antara bahasa-bahasa itu. Dalam abad ke-19
makin banyak penelitian mengenai perbandingan antara bahasa-bahasa. Pada waktu
itu yang ditekankan ialah hubungan-hubungan fonologi dan evaluasi fonologi.
Studi ini tidak dinamakan “analisis kontrastif”. para penganut anakon mempunyai beberapa asumsi dasar ; 1) Anakon dapat dipergunakan untuk
meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. 2) Anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan
konsisten dan sebagai alat pegendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran
bahasa kedua secara efisien. 3)
Anakon pun dapat memberikan
sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu
ke dalam bahasa kedua atau asing.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrurrozi Aziz dan
muhajir, gramatika bahasa Arab, (lembaga penelitian UIN Syarif
Hidayatullah).
Guntur Tarigan Henry, 1990, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa).
Parera J Daniel, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1997).
Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press).
Samsuri, 1994, Analisis Bahasa Memahami Bahasa Secara Alamiah,
(Jakarta: Erlangga).
Zaenuddin Mamat, Makalah ;”Studi Analisis
Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,Program Pascasarjana (S3) UIN
(Jakarta 2004).
[1] Henry Guntur Tarigan, Pengajaran
Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), Hal. 59
[2] Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif
dalam Pengajaran Bahasa Arab”,Program Pascasarjana (S3) UIN (Jakarta 2004).,hal.
2
[3] J. Daniel
Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal. 107.
[4] Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press), hal. 42.
[5] J. Daniel
Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal. 105
[6]
Ibid., Hal. 109-110.
[7] Henry Guntur Tarigan, Pengajaran
Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), Hal. 21.
[8] Aziz fachrurrozi dan muhajir, gramatika
bahasa Arab, (lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah)., hal.i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar