Rabu, 26 Maret 2014

tiga ajaran fundamental dalam islam



Tiga Ajaran Fundamental Agama Islam
 

Islam adalah agama rohmatallil’alamin yakni rohmat bagi seluruh alam. Di dalam islam seluruh kegiatan manusia diatur dengan aturan-aturan yang sudah diajarkan oleh Rosululloh SAW dan penerusnya. Ajaran-ajaran islam memberikan arahan bagi umat untuk selalu menuju ke jalan yang benar. Dengan adanya ajaran islam, manusia mempunyai tongkat untuk menuntunnya menuju kebaikan. Ajaran islam mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan Allah SWT (hablun min allah) dan mengatur bagaimana semestinya manusia berinteraksi dengan sekitarnya. Adanya ajaran islam tersebut agar manusia mempunyai batasan-batasan yang membentengi dirinya daam bertindak, sehingga tidak terjerumus ke jalan yang buruk dan sesat.
Secara garis besar ajaran islam mempunyai tiga kategori, yaitu akidah, syari’at, dan akhlak. Tiga kategori tersebut merupakan istilah lain dari iman, islam dan ihsan. Akidah di dalamnya berisi tetang keyakinan imat islam secara vertikal (hubungan kepada Allah SWT). Akidah berupa ajaran yang mengarahkan kepada manusia bagaimana beriman dan beribadah kepada Allah SWT. Syariat berisi tentang peraturan-peraturan beserta sanksinya bagi yang melanggar peraturan tersebut. Sedangkan Akhlaq berisi tentang tuntunan dalam bertingkah laku yang sopan, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Pada intinya tiga kategori ajaran islam tersebut diturunkan oleh Allah untuk memberikan Rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana firmannya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-anbiya’ (21): 107).
Secara spesifik dalam setiap aturan hukum islam terdapat konsep maqosid al-syari’ah, yakni makna dan tujuan yang dikehendaki oleh syara’ dalam mensayariatkan suatu hukum bagi kemaslahatan umat manusia. Kemaslahatan umat manusia mencakup makna ketentraman dan kedamaian. Tenteram berorientasi pada psikis sedangkan damai berorientasi pada fisik sehingga maslahat secara teminologi adalah perolehan manfaat dan penolakan terhadap suatu keburukan.



Sabtu, 15 Maret 2014

bahasa dan fungsinya




Bahasa dan Fungsinya
Dalam menganalisis wacana tidak cukup untuk mengetahui deskripsi bahasa yang digunakan dalam wacana saja, melainkan harus tahu tujuan dan fungsi bahasa yang digunakan. Untuk memudahkan dalam menganalisa wacana terlebih dahulu hendaknya memahami fungsi dari bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai dua fungsi utama yakni fungsi transaksional dan interaksional. Interaksional menunjukkan bahwa bahasa mempunyai fungsi menyampaikan isi dan informasi. Sedangkan fungsi interaksional bahwasanya bahasa terlibat dalam pengungkapan hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.
Sejauh ini banyak orang mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bertolak belakang dari pengertian tersebut, para ahli linguistik dan filsafat bahasa menciptakan anggapan umum bahwa fungsi bahasa yang paling penting adalah alat untuk menyampaikan informasi. Adapun bahasa yang dipakai untuk menyampaikan informasi yang faktual itu dikenal dengan istilah bahasa transaksional utama. Dalam penggunaan bahasa transaksional seorang pembicara tentu memikirkan terlebih dahulu apa yang akan ia ucapkan, agar informasi atau kata-kata yang ia sampaikan itu efektif dan bisa dipahami oleh pendengar. Seperti halnya jika dokter memberikan resep kepada pasien, polisi memberikan pengarahan kepada orang yang berpergin maka dia harus memberikan informasi pesan yang jelas agar tidak menimbulkan kesalah fahaman kepada yang diajak bicara.
Nilai pemakaian bahasa untuk menyampaikan informasi sangat kuat tertanam dalam mitologi budaya suatu masyarakat. Dengan kemampuan bahasa memungkinkan bangsa mengembangkan budayanya berdasarkan adat-istiadat, tradisi lisan, agama yang dianut dan lain sebagainya. Selain itu dengan bahasa tulislah memungkinkan berkembangnya filsafat, ilmu pengetahuan dan kesusastraan di antara kebudayaan-kebudayaan itu. Perkembangan semua itu dimungkinkan oleh kemampuan menyampaikan informasi melalui pemakaian bahasa yang membuat orang mampu menggunakan pengetahuan nenek moyangnya, menyerap pengetahuan dari orang lain melalui kebudayaannya. 
Para ahli liguistik, psikolinguistik, dan filsafat bahasa mengartikan bahasa sebagai alat untuk meyampaikan informasi, berbeda dengan ahli sosiologi dan sosiolingustik lebih tertarik mendeskripsikan pemakaian bahasa untuk memantabkan dan memelihara hubungan-hubungan sosial. Para penganalisis percakapan memperhatikan pemakaian bahasa untuk merundingkan solidaritas orang-orang sebaya, tukar-menukar giliraan dalam percakapan dan ekspresi ketika berbicara. Jelaslah bahwa sebagian besar interaksi manusia sehari-hari lebih ditandai dengan pemakaian bahasa secara interpersonal daripada transaksional.









Rabu, 12 Maret 2014

Kontrastif Analisis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kebiasaan berbahasa ibu sebagai bahasa pertama dapat mempengaruhi proses belajar mengajar bahasa asing sebagai bahasa kedua. Pengetahuan bahasa pertama yang telah dimiliki oleh seseorang yang sedang mempelajari bahasa asing akan ditransfer kepada bahasa yang sedang dipelajarinya. Semua gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk, arti maupun distribusinya diduga akan mempercepat proses belajar, sedangkan gejala bahasa yang berbeda diduga akan dapat menghambat proses belajar bahasa asing. Lado mengemukakan bahwa pola-pola yang mirip diasumsikan mudah untuk dipelajari dari pada pola-pola yang berbeda.
Untuk menemukan dan menggambarkan problem yang dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing dapat diadakan perbandingan di antara kedua bahasa itu, sehingga akhirnya dapat membuat suatu diagnosis (ramalan) terhadap kemungkinan kesukaran para pembelajar secara tepat kemudian dapat menerka dan menggambarkan pola-pola yang akan menyebabkan kesukaran. Adapun perbandingan di antara kedua bahasa tersebut dinamakan Analisis Kontrastif.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari kontrastif analasis ?
2.      Bagaimanakah latar belakang munculnya kontrastif analisis ?
3.      Apa sajakah asumsi dasar para anakon untuk menerapkan analisis kontrastif ?
4.      Bagaimanakah metodologi kontrastif analisis ?
5.      Apa saja komponen dari analisis kontrastif dan bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran bahasa arab ?
C.    Tujuan Makalah
1.      Memahami konsep pengertian kontrastif analisis.
2.      Mengetahui latar belakang munculnya kontrastif analisis.
3.      Mengetahui asumsi dasar anakon.
4.      Mampu mengaplikasikan anakon dalam pembelajaran bahasa arab.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis Kontrastif
Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melalui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan dapat menemukan inti permasalahannya. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti. dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan. Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik).
Analisis Kontrastif pada mulanya berasal dari konsep Linguistik Kontrastif, yakni sebuah cabang dari Linguistik Terapan.  Analisis kontrastif (sering dikenal dengan sebutan Anakon)  merupakan salah satu cara kerja untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih (Carl James, 1980 dan Kridalaksana, 2008). Anakon telah dikenal orang pada pertengahan abad 20. Anakon pada hakikatnya merupakan salah satu cara mengajarkan bahasa asing secara efisien dan efektif.
Analisis kontrastif menjadi semakin populer setelah muncul karya Lado (1959) yang berjudul 'Lingusitik A Cross Culture' yang menguraikan secara panjang lebar mengenai cara-cara mengkontraskan dua bahasa. Menurut Charles Fries (1945) dan Robert Lado (1957), kesalahan yang dibuat tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua, sedangkan kemudahan dalam belajarnya disebabkan oleh adanya kesamaan-kesamaan antara unsur B1 dan B2.
Analisis kontrastif adalah kegiatan memperbandingkan struktur B1 dan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa itu.[1] Hambatan terbesar dalam proses menguasai bahasa kedua (B2) adalah tercampurnya sistem bahasa pertama (B1) dengan sistem B2. Analisis kontrastif mencoba mencoba menjembatani kesulitan tersebut dengan mengkontraskan kedua sistem bahasa tersebut untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang terjadi.
Analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan. Pada Analisis kontrastif terdapat komparasi perbandingan sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi maupun sistem gramatikal. Hal ini diperjelas oleh Ahmad bin Abdullah al-Basyir yang menyatakan bahwa ;
التقابلي هو اجراء عملي للمقارنة بين أنظمة لغتين أو أكثر لحصر أوجه التشابه وأوجه الاختلاف
بينهما. ويعتمد ذلك على تحليل لكل من النظامين موضع المقارنة يقوم على أساس
 من المنهج الوصفي لا التاريخي.
Sedangkan, Fisiak mengemukakan pengertian analisis kontrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih atau sub sistem bahasa-bahasa. Tujuannya untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan kedua bahasa tersebut.[2]
Tarigan mengemukakan bahwa Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis)/anakon, merupakan kegiatan pembandingan struktur dua bahasa-bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2)–untuk menemukan perbedaan-perbedaan yang ada pada kedua bahasa tersebut. Keadaan linguistik bahasa yang telah dikuasai oleh pembelajar, berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa yang dipelajari atau yang berusaha dikuasainya (Klein, 1986:5).
B.     Latar Belakang  Munculnya Analisis Kontrastif  (Tinjauan Historis)
Para ahli linguistik struktural memperkenalkan suatu saran untuk menolong para guru bahasa  asing agar bisa menangani kesalahan-kesalahan atau kesulitan yang dialami siswa yang sedang mempelajari bahasa  asing (B) yang disebabkan oleh adanya perbedaan fonetik maupun gramatikal antara B1 dan B2. Oleh karena itu, para guru B2 harus menguasai benar sistem-sistem fonologi, morfologi, dan sintaksis B2, agar bisa dibandingkan butir demi butir dengan sistem-sistem yang serupa dalam B1. Studi seperti ini biasanya disebut analisis kontrastif.
Asal mula analisis kontrastif bisa ditelusuri pada abad ke-18 ketika William Jones membandingkan bahasa-bahasa  Yunani dan Latin dengan bahasa  Sanskrit. Ia menemukan banyak persamaan yang sistematis antara bahasa-bahasa  itu. Dalam abad ke-19 makin banyak penelitian mengenai perbandingan antara bahasa-bahasa. Pada waktu itu yang ditekankan ialah hubungan-hubungan fonologi dan evaluasi fonologi. Studi ini tidak dinamakan “analisis kontrastif”, tetapi “studi perbandingan bahasa”. Dalam pertengahan abad ke-20, ketika psikologi behaviorisme dan linguistik struktural masih pada puncak kejayaannya, hipotesis analisis kontrastif mula-mula menarik perhatian umum dengan munculnya buku Lado (1957) yang berisi suatu pernyataan dalam prakatanya sebagai berikut :
“Rencana buku ini berdasarkan asumsi bahwa kita bisa meramalkan dan menguraikan struktur-struktur B2 yang akan menyebabkan kesulitan dalam pelajaran, dan struktur-struktur yang tidak akan menyebabkan kesulitan, dengan : membandingkan secara sistematis bahasa  dan budaya B2 dengan bahasa  dan budaya B1”.[3]
Kemudian Lado meneruskan bahwa dalam perbandingan antara B2 dan B1 itulah letak kunci yang akan menentukan mudah tidaknya pelajaran B2. unsur-unsur yang sama antara B2 dan B1 akan mudah bagi pelajar, sedangkan unsur-unsur yang berlainan akan sulit baginya. Jadi kalau studi perbandingan dikerjakan antara dua bahasa  (B1 dan B2), semua persamaan dan perbedaan itu akan tampak. Sesudah itu orang bisa meramalkan kesulitan-kesulitan yang akan dialami oleh pelajar B2. Karena ini akan meliputi perbedaan-perbedaan antara B2 dan B1, sedang orang tidak akan mengharapkan problem apa-apa kalau ada persamaan-persamaan antara B2 dan B1. Buku Lado tersebut dianggap sebagai permulaan dari Ilmu Linguistik Kontrastif Modern.
C.    Asumsi Dasar Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif sering dipersamakan dengan istilah linguistic kontrastif. Linguistik kontrastif adalah suatu cabang ilmu bahasa  yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa  sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa  itu bisa dilihat.[4] Untuk menjawab usaha memperbesar keberhasilan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua (B2), para penganut anakon mempunyai beberapa asumsi dasar ;[5]
1)     Anakon dapat dipergunakan untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Butir-butir perbedaan dalam tiap tataran bahasa pertama dan bahasa kedua akan memberikan kesulitan kepada para siswa dalam mempelajari bahasa kedua itu. Sebaliknya butir-butir yang sama akan mempermudah siswa mempelajari bahasa kedua.
2)      Anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat pegendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. Dengan perbandingan perbedaan pada setiap tataran analisis bahasa, bahan dapat disusun sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing tataran.
3)      Anakon pun dapat memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.
Berdasarkan asumsi di atas, disusunlah buku-buku pelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Arab ke bahasa lain dengan harapan proses berbahasa kedua tidak terlalu dipengaruhi oleh bahasa pertama. Para guru pun didik untuk memahami anakon guna usaha perbaikan kesalahan bahasa.
D.    Metodologi Analisis Kontrastif Antarbahasa
             Prasyarat pertama analisis kontrastif ialah satu analisis secara deskriptif yang baik dan mendalam tentang bahasa-bahasa yang hendak dikontraskan. Juga dalam hal ini teori analisis dua atau lebih bahasa yang hendak dibandingkan atau dikontraskan itu harus ditentukan pula.
             Pengontrasan dua bahasa tidak mungkin dilakukakan secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu seleksi. Para linguis menerima bahwa bahasa merupakan satu system dari system. Bahasa yang merupakan satu system itu mempunyai beberapa subsistem. Setiap subsistem mempunyai pula beberapa kategori. Salah satu metode ialah memilih dan menentukan unsur dari subsistem dan kategori tertentu untuk dibandingkan. Misalnya, bandingan tentang kategori kelas kata penunjuk, bandingan tentang bentuk-bentuk verbum atau frase verbum, bandingan tentang beberapa unsus fonologi, khususnya fonetik. Mungkin harus dilakukan bandingan butir demi butir yang menonjol dan perlu untuk dikontraskan.
             Kriteria yang kedua dari analisis kontrastif ialah sifat penjelas dan bukan komponen bahasa yang dikontraskan itu berdasarkan pengalaman bahwa komponen atau unsur itu memberikan dan menimbulkan kesulitan bagi siswa pelajar bahasa B2. Dengan sendirinya, analisis kontrastif membatasi diri hanya pada bagian-bagian tertentu mengenai bahasa-bahasa yang hendak dibandingkan.[6]
             Setelah secara umum dilakukan seleksi, maka hal yang utama dan penting adalah “keterbandingan atau keterkontrasan”. Kemudian bagaimana membandingkan dan mengkontraskan, ada tiga cara yang mungkin ditempuh :[7]
1)        Kesamaan struktur
2)        Kesamaan terjemahan, dan
3)        Kesamaan struktur dan kesamaan terjemahan.
E.     Komponen dan Aplikasi Analisis Kontrastif dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Satu analisis kontrastif secara mikrolinguistik disesuaikan dengan subsistem linguistik secara murrni, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik. Butir- butir dari masing- masing subsistem B1 dan B2 dibandingkan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua bahasa terbanding. Untuk dapat membandingkan secara sistematis butir- butir bahasa pada masing- masing subsistem linguistik, pembanding harus menguasai dengan benar dan baik dasar- dasar mikrolinguistik.
a.      Analisis Kontrastif Fonologi
Pada tataran fonologi pembanding harus membandingkan bunyi-bunyi segmental dan suprasegmental B1 dan B2, bunyi-bunyi vokoid dan kontoid, bunyi-bunyi diftong, fonem-fonem vokal dan konsonan, dan fonataktik dari B1 dan B2.




Konsonan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Tempat Artikulasi / Makharij
Cara pengucapan / Artikulasi
Letup
geseran
Tengah-tengah
B
T
B
T
Pd.
B
Lt.
B
Tr.
B
Ns.
B
Sv.
B

kh
rq
kh
rq
kh
rq
kh
rq
Bilabials

b
ب

p







m
م
w
و
Labio dentals





v

f
ف





Inter dentals




ظ
ذ

ث





Apiko alveolars





z
ز
ص
s
س


r
ر


Apiko-dental alveolars
ض
d
د
ط
t
ت





L
ل

n
ن

Fronto palatals

j

c



sy
ش
ج


Ny

Medio palatals












y
ي
Dorso velars

g

k
ك
غ

خ
kh



Ng

Dorso uvular

ء
ق










Root paryngeal





ع

ح





Glottal














Keterangan :
B   = Bersuara                                                       Lt. B  = Lateral Bersuara
T   = Tidak Bersuara                                             Tr. B  = Trilis bersuara
Kh  = Mufakham                                                  N.B    = Nasal bersuara
Rq = muraqqaq                                                     Sv.B = semi-vokal bersuara
Pd.B = paduan bersuara

             Dari bagan tersebut dapat diambil uraian mengenai persamaan dan perbedaan antara konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Untuk memudahkan penguraian dan penganalisaan yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat artikulasi makhraj sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan dan berbagai rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila dua konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkann makhrajnya berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat bermiripan, misalnya / z / dengan  /ع /. Tetapi sebaliknya, apabila dua konsonan itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan itu dapat terjadi, misalnya / t /, / ط / dan / د /, / s /, / ص /, dan / z / atau / س /, / ث /, dan / z /, / ذ /.
Peta persamaan dan perbedaan antara Vokal dan Konsonan Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia.
1.      Vokal
Dari seleksi yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa antara vokal bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat kepersisan, aspek persamaan dan perbedaan yaitu :
-          Kepersisan antara kasrah qasirah : / i  / dalam bahasa indonessia, demikian pela antara damah qasirrah : /  U / dengan /  u /.
-          Aspek persamaan antara fathah tawilah / æ / dengan / a / , yaitu sama-sama vokal rendah terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda karena  / æ / vokal depan dan panjang sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.
-          Perbedaannya adalah : Didalam bahasa Indonesia terdapat vokal panjang seperti pada bahasa Arab : / i: /, / u: / dan /æ /. Didalam bahasa Arab tidak terdapat vokal / e / dan / o /, dan tidak terdapat diftong. Sedangkan di dalam bahasa Indonesia dua hal ini terdapat.
2.       Konsonan
Adapun di dalam konsonan ditemukan persamaan (kepersisan), perbedaan, dan kemiripan, yaitu sebagai berikut :
Persamaan antara / ب / dengan  / b /, / م / dengan / m /, / ف / dengan / f /, / ز / dengan / z /, / س / dengan / s /, / ر / dengan / r /, / د / dengan / d /, / ت / dengan / t /, / ل / dengan / l /, / ن / dengan / n /, / ش / dengan / sy /, / ي / dengan / y /, / ك / dengan / k /, / ھ / dengan / h /, dan / و / dengan / w /. Perbedaan yaitu bahwa didalam bahasa Indonesia tidak terdapat : Bunyi konsonan mufakhkham, yaitu / ص /, /  ض /, / ط /, /
b.      Analisis Kontrastif Morfologi
Pada tataran morfologi, pembanding harus membandingkan proses-proses morfemis B1 dan B2, ciri-ciri kelas kata B1 dan B2, proses derivasi dan infleksi, kategori-kategori gramatikal, kemungkinan-kemungkinan terjadi alomorf dan mortoforik.
c.       Analisis Kontrastif Sintaksis
Perbandingan struktur sintaksis kalimat bahasa Indonesia dengan kalimat Bahasa Arab. Dalam struktur kalimat bahasa Indonesia fungsi-fungsi sintaksis kata seperti subyek, obyek, predikat ditandai dengan posisi kata dalam kalimat. Kalimat BI yang sederhana seperti sang guru mengambil buku; subyek atau pelaku mendahului kata kerja, penderita berada sesudah kata kerja; sedangkan kata kerjanya mengambil posisi diantaranya. Dalam BA kalimat dengan makna tersebut muncul sebagai berikut ;
أخذ  المعلم الكتاب
Sang guru mengambil buku itu,
Dalam contoh tersebut, disamping posisinya, nomina beserta verba memperoleh perubahan bentuk sesuai dengan fungsi sintaksisnya: pelaku ditandai oleh perubahan bentuk dari al mu’allim menjadi al-mu’allimu , yakni diberi vokal akhir ‘u, sedangkan penderita dari al-kitab menjadi al-kitaba, yakni ditandai dengan pemunculan vocal akhir a, sementara itu kata kerja akhadja berada di awal kalimat.[8]
d.      Analisis Kontrastif Semantik
Pembanding dapat membandingkan kolokasi dan koligasi makna yang terdapat dalam B1 dan B2.

           





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Analisis kontrastif (sering dikenal dengan sebutan Anakon)  merupakan salah satu cara kerja untuk mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam dua bahasa atau lebih. Asal mula analisis kontrastif bisa ditelusuri pada abad ke-18 ketika William Jones membandingkan bahasa-bahasa  Yunani dan Latin dengan bahasa  Sanskrit. Ia menemukan banyak persamaan yang sistematis antara bahasa-bahasa  itu. Dalam abad ke-19 makin banyak penelitian mengenai perbandingan antara bahasa-bahasa. Pada waktu itu yang ditekankan ialah hubungan-hubungan fonologi dan evaluasi fonologi. Studi ini tidak dinamakan “analisis kontrastif”. para penganut anakon mempunyai beberapa asumsi dasar ; 1)     Anakon dapat dipergunakan untuk meramal kesalahan siswa mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. 2)  Anakon dapat memberikan satu sumbangan yang menyeluruh dan konsisten dan sebagai alat pegendali penyusunan materi pengajaran dan pelajaran bahasa kedua secara efisien. 3)      Anakon pun dapat memberikan sumbangan untuk mengurangkan proses interferensi dari bahasa pertama/bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau asing.













DAFTAR PUSTAKA
Fachrurrozi Aziz dan muhajir, gramatika bahasa Arab, (lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah).
 Guntur Tarigan Henry, 1990,  Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa).
Parera J Daniel, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997).
Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).
Samsuri, 1994, Analisis Bahasa Memahami Bahasa Secara Alamiah, (Jakarta: Erlangga).
 Zaenuddin Mamat, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,Program Pascasarjana (S3) UIN (Jakarta 2004).





[1] Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), Hal. 59
[2] Mamat Zaenuddin, Makalah ;”Studi Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Bahasa Arab”,Program Pascasarjana (S3) UIN (Jakarta 2004).,hal. 2
[3] J. Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal. 107.
[4] Pranowo, Analisis Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hal. 42.

[5] J. Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), hal. 105
[6] Ibid., Hal. 109-110.
[7] Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), Hal. 21.
[8] Aziz fachrurrozi dan muhajir, gramatika bahasa Arab, (lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah)., hal.i